I.
PENDAHULUAN
Aspek
ekonomika makro terbuka dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Transaksi
perdagangan dan ekonomi internasional memerlukan system dan mekanisme
pembayaran, dan hal ini menyangkut kedaulatan serta system moneter yang
berbeda. System kurs valuta asing ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu
kekuatan permintaan dan penawaran pasar serta berbagai cara pengaturan campur
tangan pemerintah di bidang ini. Pola perilaku kurs tergantung pada system moneter
yang berlaku.[1]
Pada
masa orde lama berlaku system pengendalian ketat devisa dimana pemerintah
menetapkan kurs jauh dibawah tingkat kurs menurut pasar bebas yang menimbulkan
pasar bebas devisa. Pada masa orde baru system pengendalian dihapus secara
bertahap dan diganti system kurs mengambang terkendali. Pada masa reformasi
sekarang ini pengendalian devisa lebih dikendalikan pemerintah sesuai dengan
kondisi ekonomi pemerintah dalam hal ekspor dan impor.
Pasangan
masalah ekonomi domestic dan internasional yang dihadapi serta kebijakan yang
tepat diambil untuk masing-masing maslah mungkin bersesuaian dan atau mungkin
bertentangan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang nilai tukar
dan keuangan internasional lebih rinci.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian pasar
valuta asing dan nilai tukar uang
2.
Jenis-jenis
valas
3.
Nilai tukar mata
uang
4.
Factor-faktor
pendorong melemahnya nilai tukar rupiah
5.
Standar Moneter
Internasional
6.
Lembaga keuangan
internasional
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pasar Valuta Asing dan Nilai Tukar Uang
a.
Pengertian pasar
valuta asing
Yang
dimaksud dengan valuta asing (foreght
exchange) adalah mata uang negara lain (foreign currency)dari suatu
perekonomian. Valuta asing (VALAS) adalah suatu mata uang tertentu yang
dimiliki oleh negara lain sebagai alat pembayaran yang sah. Valuta asing akan
mempunyai suatu arti apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan valuta
lainnya tanpa pembatasan. Tempat bertemunya penawaran dan permintaan valuta
asing disebut dengan Bursa Valuta Asing atau Foreign Exchange Market.[2]
Misalnya,
valuta asing vagi perekonomian Indonesia adalah mata uang lain selain rupiah,
misalnya dolar Amerika, ringgit Malaysia, yen Jepang dal lain-lain. Kurs valuta
asing atau kurs devisa yaitu harga yang harus dibayar dengan mata uang sendiri
utuk memperoleh satu satuan mata uang asing.[3]
b.
Nilai Tukar Mata
Uang
Nilai
tukar ada 2, yaitu:
1)
Nilai tukar
nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya US$
1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.
2)
Nilai tukar Riil
atau kurs riil (riil exchange rate)
adalah harga relative dari barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat
dimanakita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk
barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena
itu nilai tukar riil juga disebut terms
of trade.
Secara umum dapat
dituliskan = Nilai tukar nominal x
Harga barang domestik
Harga barang luar negeri
Nilai
tukar riil diantara kedua Negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat
harga di kedua Negara.Jika nilai tukar riil adalah tinggi, berarti harga
barang-barang luar negeri relative murah, dan harga barang-barang domestic
relatif mahal.Dan sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, berarti harga barang-barang
luar negeri relative mahal, dan harga-harga barang domestic relative murah.[4]
1) Permintaan
terhadap valuta asing(foregn Exchange
Demand)
Permintaan
valuta asing timbul bila penduduk suatu Negara membutuhkan barang dan jasa yang
diproduksi oleh Negara lain. Dengan kata lain, permintaan terhadap valuta asing
meningkat bila impor meningkat .factor-faktoryang mempengaruhi permintaan
terhadap valuta asing adalah harga mata uang asing tersebut (nilai tukarnya), tingkat pendapatan, tingkat
bunga relative, selera, ekspektasi, dan kebijakan pemerintah.
2)
Penawaran
terhadap valuta asing (Foregn Exchange Supply)
Penawaran
terhadap valuta asing meningkat bila Negara lain mengimpor barang dan jasa atau
ekspor mwningkat. Penawaran terhadap valuta asing juga meningkatbila arus modal
masuk (capital inflow) lebih besar
dari pada arus keluar modal (capital
outflow).
Seperti
halnya kurva permintaan, kurva penawaran akan bergeser bila factor ceteris paribus berubah. Sebab perubahan
factor cateris paribus tersebut
akanmenyebabkan perubahan, baik dalam neraca lancar maupun neraca modal.
Misalnya bila ekspor meningkat.Kurva penawaran bergeser ke kanan, bila arus
masuk modal meningkat, kurva penawaran valuta asing juga bergesar ke kanan.
Kurva
permintaan dan penawaran Indonesia berasumsi bahwa mata uang asing yang utama
bagi Indonesia adalah US$. Sumbu Vertikal menunjukan harga rupiah dari setiap
unit US$ makin mahal atau bisa dikatakan
ilia rupiah melemah. Jika harga bergerak kebawah , yang terjadi adalah
sebaliknya, artinya nilai tukar rupiah menguat. Sumbu horizontal menunjukan
jumlah US$ yang diminta atau di tawarkan dalam juta unit. Kurva Sf adalh kurva
penawaran terhadap valuta asing , dalam
hal ini US$. Kurva Df adalah kurva permintaan terhadap valuta asing (US$).
Keseimbangan terjadi pada saat Sf=Df, dalam kurva di bawah ini terjadi pada
harga 2500, artinya kurs keseimbangan adalah Rp2.500,00/US$.[5]
Keseimbangan
pasar valuta asing akan menghasilkan kurs keseimbangan, pada gambar dibawah
ini:
Kurva
Pasar Valuta Asing
Sf
2500
Df
2.
Adapun jenis-jenis valuta asing ada 4 macam,
yaitu:
1. Transaction Spot (transaksi spot), yaitu jual beli mata
uang dengan penyerahan dan pembayaran antar-bank yang akan diselesaikan pada
dua hari kerja berikutnya.
2. Forward transaction (Trasaksi berjangka). Transaksi ini
disebut juga dengan transaksi berjangka yang pada prinsipnya adalah transaksi
sejumlah mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lainnya dengan penyerahan
pada waktu yang akan datang.
3.
Swap trasaction
(Transaksi swap), yaitu transaksi pembelian dan penjualan bersamaan sejumlah
tertentu mata uang dengan 2 tanggal valuta (penyerahan) yang berbeda. Pembelian
dan penjualan mata uang tersebut dilakukan pada bank lain yang sama.
4. Transaksi option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak
dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal akhir
tertentu.[6]
Ø
Pelaku Pasar Valuta Asing / Forex
1. Bank Sentral setiap Negara
2. Bank Komersial
3. Bank Devisa
4. Lembaga Investasi
5. Institusi Keuangan Non Bank
6. Eksportir dan Importir[7]
1. Bank Sentral setiap Negara
2. Bank Komersial
3. Bank Devisa
4. Lembaga Investasi
5. Institusi Keuangan Non Bank
6. Eksportir dan Importir[7]
3.
Factor-Faktor
Pendorong Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Factor
utama dari luar negeri adalah inflasi di Amerika Serikat sebesar 0.6% pada
tahun ke tahun.Angka ini jauh diatas perkiraan pasar. Akibatnya pasar
berspekulasi bahwa The Fed akan menaikan suku bunga (the fed of rate) lebih agresif lagi dalam jangka waktu dekat. Hal
ini berspekulasi bahwa dollar AS akn menguat (karena imbal dari asset dalan
dollar AS akan naik), yang membuat dollar AS benar-benar menguat terhadap
hamper seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah.
Factor
dari dalam negeri adalah kenaikan BBM, yang jauh dari perkiraan pasar dan telah
memicu naiknya ekspektasi inflasi, yang kemudian menimbulkan ekspektasi
ekspektasi pelemahan rupiah. Naiknya harga minyak internasional.Komdisis itu
memaksa pertamina membeli dollar lebih banyak di pasar valuta asing (valas).
Setiap bulannya pertamina membeli hamper 1 miliar dollar hanya untuk mrngimpor
BBM. Pembelian dollar dengan jumlah besar tenru akan menekan rupiah.[8]
Pesatnya
kegiatan impor dari kegiatan investasi. Jika pertumbuhan investasi dan impor di
biayai investor asing (melalui foreign
direct investment atau FDI),pembelian dollar dengan rupiah terbatas. Maka
karena FDI masih rendah (kerena iklim disektor riil yang masih lemah di
investor asing), maka investasi umunya dibiayai investasi dalam negeri dengan
rupiah.Yang membutuhkan pembelian dollar untuk impor.Transaksi ini untuk
memperlemah rupiah.
Melemahnya
rupiah berdampak buruk terhadap kegiatan konsumsi dan investasi karena dua hal.Pertama, memicu kenaikan harga barang
impor dan inflasi, apalagi setelah kenaikan harga BBM sehingga memicu daya beli
dan konsumsi masyarakat.Kedua,
kenaikan inflasi secara tajam akan memaksa Bank Indonesia (BI) menaikkan suku
bunga secara tajam. Selain itu juga akan memukul konsumsi masyarakat dan
kegiatan investasi. Melemahnya kegiatan konsumsi dan investasi menghambat
pertumbukhan ekonomi secara menyeluruh.[9]
4.
System
Pembayaran Internasional
Sejarah
mencatat, dalam sistem moneter Internasional pernah dikenal tiga macam sistem
nilai tukar mata uang (kurs valas).Tiga sistem tersebut adalah Fixed Exchange RateSystem, Floating
Exchange Rate System dan Pegged Exchange Rate System. Era fixed exchange rate system ditandai dengan berlakunya Bretton Woods
System sejak 1 Maret 1947. Sistem ini menuntut agar nilai suatu mata uang
dikaitkan atau convertible terhadap emas atau gold exchange standard.Pada waktu
itu, mata uang dolar AS menjadi acuan (numeraire), di mana semua mata uang yang
terikat dengan sistem ini dikaitkan dengan USD. Untuk mencipta uang senilai
$35, Federal Reserve Bank (Bank Sentral Amerika) harus mem-backup dengan emas
senilai 1 ounce atau 28,3496 gram. Dengan demikian, nilai mata uang secara
tidak langsung dikaitkan dengan . Ujungnya, secara sepihak, Amerika membatalkan
Bretton Woods System melalui Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus
1971, yang isinya antara lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas.
‘Istimewanya’, dollar tetap menjadi mata uang internasional untuk cadangan
devisa negara-negara di dunia. Pada titik ini, berlakulah sistem baru yang
disebut dengan floating exchange rate.
Floating exchange rate
atau sistem kurs mengambang adalah sistem yang ditetapkan melaui mekanisme
kekuatan permintaan dan penawaran di bursa valas dan sama sekali tidak dijamin
logam mulia. Pemerintah melalui Bank Sentral bebas menerbitkan sejumlah
berapapun uang.Hal inilah yang menyebabkan nilai mata uang cenderung
terdepresiasi, baik terhadap mata uang kuat (hard currency) maupun terhadap
harga barang.Kondisi ini kemudian diperparah oleh aksi spekulan yang
mengakibatkan nilai mata uang berfluktuasi secara bebas. Meski bisa dikendalikan
melalui intervensi yang dikenal dengan managed floating,
Sistem
yang ketiga, pegged exchange rate
ditetapkan dengan jalan mengaitkan mata uang suatu negara dengan mata uang
negara lain atau sejumlah mata uang tertentu yang biasanya merupakan mata uang
kuat (hard currency).. Hal ini dikarenakan mekanisme hard currency sebagai mata
uang yang dipadu (pegged) masih ditentukan melalui kekuatan supply dan
demand pada bursa valas dalam hal mata uang yang dijadikan sebagai acuan.[10]
5.
Standar
Moneter Internasional
Dalam
kenyataan, (pertukaran barter barang langsung ditukar dengan barang) tidak lagi
dilakukan orang baik di dalam suatu Negara maupun antara Negara satu dengan
Negara yang lain. Bila masing-masing Negara memiliki alat tukarnya sendiri,
maka perdagangan internasional mengharuskan adanya angka perbandingan antara
nilai satu mata uang dengan mata uang lain. Inilah yang di sebut kurs devisa.
Sebagai contoh, kurs devisa rupiah terhadap US dolar adalah Rp625,00 =US$1,
rupiah terhadap yen Rp2,00 =Y1.
Peranan
dari alat tukar (uang) dalam perdagangan internasional khususnya kita akan
melihat bagaimana pembayaran internasional di lakukan dalam
1) Pertukaran
barter
Perdagangan
terjadi dengan cara menukar barang langsung dengan barang. Jadi nilai ekspor
suati Negara akan selalu sama dengan nilai impornya. Namun dalam dunia barter
seperti ini pun masih ada kemungkinan bagi suatu Negara untuk mengimpor barang
yang lebih besar dari pada produksi ekspornya. Kelebihan impor di atas jumlah
produksi barang ekspor tersebut di bayar dari stok barang yang dimiliki dengan Negara tersebut. Besarnya
kelebihan impor yang bias dilakukan oleh Negara tersebur tentu saja tidak bias
melebihi jumlah stok barang yang di milikinya.
Dalam
system barter ekspor bisa berbeda dengan impor apabila suatu Negara:
Ø Memberikan
pinjaman atau penangguhan pembayaran bagi yang kelebihan ekspornya.
Ø Membayar
kelebihan impornya dari stok yang dipunyai.
Neraca
pembayaran dikatakan seimbang apabila stok nasional yaitu (cadangan devisa)
tidak berubah dan tidak ada aliran modal akomodatif. Deficit timbul apabila
stok nasional menurun atau aliran modal atau pinjaman akomodatif, dikatakan
surplus jika stok nasional meningkat.
2) System
standar emas penuh
Setelah
pertukaran barter sudah tidak digunakan, setelah perang dunia ke banyak negara
menggunakan uang emas bagi sebgai transaksi maupun transaksi luar negerinya.
“Uang emas” tidak harus digunakan berupa logam emas, tetapi bisa berupa uang
kertas yang dijamin sewaktu-waktu bisa ditukarkan dengan gram emas pada bank
sentral. Dalam system ini deficit atau surplus neraca pembayaran akan hilang
secara otomatis lewat mekanisme Hume, yaitu ekspor bertambah dan impor menurun,
akan berlangsung sampai deficit.
3) System
standar devisa emas
Setelah
perang dunia I, jumlah emas yang tersedia semakin tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan perekonomian dan volume transaksi di dunia.Tanpa adanya alat tukar
yang cukup, perkembangan ekonomi dan perdagangan terhambat. Oleh sebab itu
banyak Negara yang menggunakan system standar emas dan menghemat penggunaan
emas sebagai alat tukar. Sejak itu banyak Negara menggunakan standar kertas
sebagai alat pembayaran dalam negeri. Standar kertas berarti bahwa uang kertas
yang dipegang masyarakat tidak bisa ditukarkan dengan emas pada bank sentral. Tapi
emas masih dipergunakan sebagai alat pembayaran bagi transaksi internasional.
Emas berperan sebagai devisa.[11]
Bila
emas digunakan alat pembayaran luar negeri, tetapi tidak untuk alat pembayaran
dalam negeri kita dikatakan Negara tersebut menganut system devisa emas.
Penduduk Negara tersebut tidak diperkenankan memgang emas sebagai alat
pembayaran (emas hanya untuk perhiasan dan keperluan industry lain). [12]
4) System
uang internasional
Pada
waktu emas masih sebagai alat pembayaran utama bagi transaksi internasional,
beberapa mata uang Negara muncul sebagai alat pembayaran iternasional. Misalnya
sekarang ini alat pembayaran internasional sekaran ini adalah Dolar. Tidak ada
berbeda dengan emas hampir Negara di dunia
menggunakan dolar sebagai alat pembayaran internasional. Amerika mncul
sebagai alat pembayaran internasional adalah karena jumlah emas yang tersedia
sebagai alat pembayaran tidak bisa mengimbangi perdagangan internasional yang
begitu pesat. Agar pertumbuhan perdagangan tidak terhambat mereka mencari
substitute bagi emas.Mata uang tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama dengan emas,
yaitu:[13]
Ø Setiap
Negara percaya bahwa mata uang tersebut akan diterima oleh Negara lain sebagi
pembayaran transaksi internasional.
Ø Nilai
mata uang dolar sekarang ini sangat stabil, pemerintah Amerika sebagi mata uang
yang konvertibel dengan emas.
Emas
digunakan sebagai devisa (alat pembayaran luar negeri) tetapi tidak sebagai
pembayaran dalam negeri. Kestabilan nilai ternyata merupakan factor yang sangat
menentukan apakah suatu mata uang yang sangat menentukan apakah suatu mata uang
bisa diterima sebagai mata uang cadangan internasional.
Dalam
masa ketidakstabilan moneter internasional, orang cenderung lari ke emas, dan
ini berarti perdaganga internasional terhambat.salah saatu pemecahan yang
dicoba adalah diciptakannya system Special
Drawing Right (SDR) oleh IMF, SDR semacam uang giral internasonal yang bisa
diciptakan sesuai dengan kebutuhan. Nilai SDR dikaitkan dengan sejumlah mata
uang utama di dunia seperti dolar, dengan tujuan agar nilainya cukup
stabil.Sistem SDR adalah satu langkah penting menuju “mata uang dunia” dalam
arti yang sebenarnya.[14]
5) Sistem
Kurs Devisa
a) Kurs
Devisa Tetap
Adalah
suatu system devisa dimana pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang Negara
tersebut dengan mata uang Negara lain, dan berusaha untuk mempertahankan dengan
sebagai kebujaksanaan sebagai standar. Macam kebijaksanaan ini berupa:
Ø Tindakan-tindakan
tidak langsung berupa pembelian mata uang sendiri dengan mata uamg asing oleh
Bank sentral apabila kurs mrosot dibawah tingkat yang ditetapkan .
Ø Tindakan-tindakan
langsung berupa penjatahan devisa pada tingkat kurs yang ditetapkan.
Keuntungan
dari system kurs devia tetap adalah:
Ø Adanya
kepastian dan kestabilan kurs.dengan adanya kepastian dan kestabilan kurs
diharapkan kegiatan-kegiatan perekonomian lancar, sebab produsen, konsumen,
investor, bisa merencanakan kegiatan mereka secara pasti,
Ø Dihindarinya
kegiatan spekulasi yang berlebihan di
pasar devisa karena kurs devisa dijaga kestabilannya.
Kerugiannya,
apabila kurs tersebut dipertahankan pada tingkat yang tidak realistis (berbeda
dengan kurs keseimbanga) akan mengakibatkan ketidakseimbangan perekonomian yang
berdampak kegiatan ekonomi akan tertanggu.
b) Kurs
devisa Mengambang
Bila
kurs satu mata uang dengan mata uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara
bebas oleh tarik menarik kekuatan pasar, maka Negara tersebut menganut system
kurs devisa mengambang.
Keuntungan
dari kurs devisa mengambang adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu sama
dengan tingkat kurs keseimbangan. Jadi tidak ada masalah dengan pasar gelap dan
akibat negatifnya. Dalam kurs ini benar-benar mengambang, tidak ada masalah
surplus atau deficit dalam neraca pembayannya, sebab bekerjanya pasar selalu
menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dan jumlah devisa yang keluar.
Kurs S
E2
E1 D1
D
O Q1
Q2
Dalam
gambar diatas, aliran masuk devisa digambarkan oleh kurva S. devisa masuk ,
melalui penerimaan ekspor, aliran masuk modal luar negeri dan sebagainya. Jadi
aliran ini merupakan aliran penawaran (supply devisa).aliran keluar devisa
merupakan kebutuhan untuk membayar impor, utang negeri dan sebagainya. Dan
merupakan aliran permintaan (demand) pada kurva D. dalam system devisa
mengambang tingkat kurs yang berlaku adalah tingkat kurs keseimbangan (E1).
Apabila kebutuhan impor meningkat, maka kurva D bergeser ke kanan, dan
akibatnya kurs devisa meningkat ke E2. Inilah gambaran analistis dari pasar
devisa.yang perlu dicatat disini adalah jumlah devisa yang diperjual belikan
adalah juga jumlah keseimbangan, artinya yang diminta persis sama dengan yang
ditawarkan, dan ini berarti neraca pembayaran Negara tersebut selalu seimbang.
System
kurs devisa tetap dan system devisa mengambang masing-masing mempunyai
kelemahan dan kerugiannya. System crawl-ing peg yaitu memperkenankan tingkar
kurs devisa yang ditentukan pemerintah berubah sesuai perkembangan permintaan
dan penawaran dalam jangka panjang,pemerintah melakukan kebijakan dalam
mempeertahankan kurs yang terjadi dari hari-kehari tidak melampui batas-batas
inflasi, pemerintah harus melakukan intervensi kepasar devisa dengan jalan
menjual atau membeli devisa. Hal ini di lakukan untuk menghindari
kerugian-kerugian dari kedua system tersebut.
6.
Lembaga
keuangan internasional
Bank
Dunia (WB) atau Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan
(IBRD).Produk kelembagaan ketiga pada konferensi Breeton Word adalah Bank
dunia.Modal Bank berasal dari Negara-negra anggota yang memberikan pinjaman
kepadanya dan besarnya tergantung pada kekuatan ekonomi masing-masing
Negara.Bank memberikan pinjaman kepadanya dan besarnya tergantung pada kekuatan
ekonomi masing-masing Negara. Bank memberikan pinjaman yang proyek-proyek
investasinya secara ekonmis aman dan memadai akan tetapi tak dapat memperoleh
pinjaman dengan tingkat suku bunga rendah.
Bank
dapat menerbitkan obligasi dan menggunakan hasilnya untuk memberikan
pinjaman.Selain itu dengan memungut premi atau fee yang kecil bank dapat
menjamin pinjaman yang diberikan pihak swasta.Pada waktu pinjaman diberikan,
sumber-sumber mengalir dari Negara-negara maju pemberi pinjaman menerima impor
barang-barang jasa yang banyak.Dengan menggunakan pinjaman tersebut,
Negara-negara peminjam dapat menaikan kapasitas produksi higga cukup untuk
membayar pokok pinjaman serta bunga.Akibatnya taraf hidup mengalami kenaikan.[15]
IV.
KESIMPULAN
Valuta asing (VALAS) adalah suatu mata uang tertentu
yang dimiliki oleh negara lain sebagai alat pembayaran yang sah. Valuta asing
akan mempunyai suatu arti apabila valuta tersebut dapat ditukarkan dengan
valuta lainnya tanpa pembatasan. Tempat bertemunya penawaran dan permintaan
valuta asing disebut dengan Bursa Valuta Asing atau Foreign Exchange Market.
Nilai
tukar ada 2, yaitu:
1. Nilai
tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal.
2. Nilai
tukar Riil atau kurs riil (riil exchange
rate)
Ø Jenis-jenis
transaksi valas
a.
Transaction Spot (transaksi spot)
b.
Forward transaction (Trasaksi berjangka).
c.
Swap trasaction (Transaksi swap)
d. Transaksi option
Peranan dari alat tukar (uang) dalam perdagangan
internasional khususnya kita akan melihat bagaimana pembayaran internasional di
lakukan dalam:
1.
Pertukaran
barter
2.
System standar
emas penuh
3.
System standar
devisa emas
4.
System uang
internasional
5.
Sisitem kurs
devisa
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami sampaikan, kami menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan dari makalah kami untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.....
REFERENSI
Ø Faried
Wijaya, Seri Pengantar Ekonomika
EKONOMIKA MAKRO, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 2000
Ø Boediono,
Seri Sinopsis PengantarIlmu Ekonomi, No.3, Ekonomi Internasional, edisi 1,
Yogyakarta, BFEE Yogyakarta
Ø Badono
Sikirno, Pengantar Makro Ekonomi, Edisi2, PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Ø Dr.Karhi
& Winardi, Ilmu ekonomi Makro Suatu Pengantar, Bandung, Mandar Maju, 1997
Ø Adiwarman
Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi
Makro, Edisi1, Cet1, Jakarta, III Indonesia, 2002
Ø http://diyya.wordpress.com/2008/07/29/37/#_ftn8
Ø
http://www.scribd.com/doc/23424572/Pasar-Uang-Dan-Pasar-Valuta-Asing
[1]Faried Wijaya, Seri Pengantar Ekonomika EKONOMIKA MAKRO,
Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 2000. hlm.399
[4] Pratama
Rahardja, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Edisi3, Jakarta, lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005. Hlm.77
[5]Budiono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
EKONOMI INTERNASIONAL, Edisi1, Yoyakarta, BFEE, 2002, hlm.44
[8]Faried Wijaya, Seri Pengantar Ekonomika EKONOMIKA MAKRO,
Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 2000.hlm. 370
[9]Ibid, hlm. 96
[11]Dr.Karhi &
Winardi, Ilmu ekonomi Makro Suatu Pengantar, Bandung, Mandar Maju, 1997, hlm:98
[13]Adiwarman Karim, Ekonomi
Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro, Edisi1, Cet1, Jakarta, III Indonesia,
hlm:65
[15]Badono Sikirno, Pengantar
Makro Ekonomi, Edisi2, PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm:358